Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 01 Oktober 2012

Wacana

WACANA


1.    Pengertian Wacana

Wacana adalah retetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu.
wacana berasal dari bahasa inggris "dscourse", yang artinya antara lain "kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya." pengertian lain yaitu "komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur." wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam heararki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.

sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana di bentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifannya, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.

Pengertian wacana menurut beberapa ahli :
·         Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang etrlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
·         Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.
·         Foucault memandang wacana kadanag kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai sebuah praktif regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
·         J.S Badudu (2000) yang memaparkan; wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat - kalimat itu.    

Pengertian wacana dalam Structural, Fungsional dan Structural dan Fungsional :  
  • Structural (struturalisme), merupakan suatu pendekatan ilmu humanis/kemanusiaan yang mencoba untuk menganalisis suatu bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan.
  • Fungsional (fungsionalisme), yaitu mengetahui bahwa setiap fonem (bunyi) itu memiliki fungsi, sehingga dapat, membedakan arti. Setiap fonem (istilah) yang diartikulasikan memiliki isi dan ekspresi, dengan begitu dapat dilihat artinya.
  • Structural dan Fungsional, merupakan suatu pendekatan yang berhububungan dengan system kompleks yang berbeda sehingga memiliki fonem (bunyi) yang dapat membedakan dan memberi suatu arti.
 
2.    Jenis-jenis wacana

·             Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohensif antara lain; pertama, konjungsi yakni alat untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis yaitu penghilang bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat yang lain.
 Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohensif dan koheren dapat juga dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain; Pertama, menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua menggunakan hubungan generik - spesifik atau sebaliknya spesifik - generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua kalimat atau isi antara dua buah kaliamt dalam satu wacana. Keempat, menggunakan hubungan sebab akibat diantara isi kedua bagian kalimat atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan di dalam sebuah wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian atau dua kalimat dalam satu wacana. 

Alat wacana digunakan untuk membuat wacana yang kohensif dan kohere. ada 2 asfek yaitu:
1.       Asfek Gramatikal
     - konjingsi (penghubung)
     - kata ganti dia, -nya, merka, ii dan itu sebagai rujukan anaforis
     - menggunakan elisis (penghilang bagian kalimat yang sama)  
   
2.       Asfek Semantik
     - hubungan pertentangan
     - generik - spesifik dan sebaliknya
     - hubungan perbandingan
     - hubungan sebab akibat
     - hubungan tujuan
     - rujukan yang sama   

 
·          Berdasarkan bentuk :
a)  Wacana Tulis
Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis (Tarigan, 1993:52). Penerima pesan wacana tulis adalah pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, maka keterampilan menulis merupakan pokok penting dalam menyampaikan pesan. (Tarigan, 1993: 52) menyatakan bahwa untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima pesan harus membacanya. Untuk sampai kepada penerimaan, pemahaman, atau penikmatan pesan yang disampaikan dalam wacana tulis, maka kalimat yang digunakan harus efektif. Keefektifan kalimat mencerminkan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna.

b)  Wacana Lisan 
    Penyajian wacana lisan berbeda dengan wacana secara tertulis. Tarigan (1993:55) mengatakan bahwa wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerimanya, memahami, atau menikmati wacana ini maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya.Penyimak atau pendengar dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pembicara apabila pembicara terampil berbicara. Keterampilan berbicara sangat berpengaruh terhadap penyampaian pesan pada wacana lisan. Pesan yang dikemas dalam rangkaian kalimat harus diungkapkan dengan intonasi, lafal, dan durasi yang tepat.


·         Berdasarkan fungsi :
a)  DESKRIPSI
Deskripsi adalah penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan. Deskripsi merupakan hasil observasi melalui panca indra yang disampaikan secara kronologis. 

Dilihat dari segi objeknya, deskripsi dibedakan menjadi 2 macam, yakni :
1.    Deskripsi imajinatif/impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
contoh deskripsi imajinatif :
“Aku tidak lagi berada dikamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhi ruangan itu, tapi tak seorang pun kelihatan peduli. Kami semua duduk di kursi yang di atur membentuk sebuah lingkaran., mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduk tenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang pun yang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”

2.  Deskripsi factual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi factual :
“Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang ku cari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa inggris, Write Your Massage! Pada not book itu kubaca pesan untukku, “masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
 

b)  EKSPOSISI
Eksposisi adalah menjelaskan baik peristiwa atau lainnya dan harus berurutan, biasanya tulisan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topic dengan tujuan memberikan informasi atau pengetahuan tambahan.

Contoh :
Mencangkok bukanlah pekerjaan yang sukar. Satu menit saja kita belajar, kita sudah dapat berpraktik dan hasilnya kita tunggu satu, dua bulan caranya sebagai berikut.

c)   ARGUMENTASI
Argumentasi adalah mengeluarkan pendapat, pendapat ini harus kita perhatikan dengan bukti dan fakta, biasanya tulisan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan dengan data, fakta sebagai bukti. 

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut:
1)      Menentukan tema atau tofik permasalahan
2)      Merumuskan tujuan penulis
3)  Mengumpulkan data atau bahan berupa; bukti-bukti, fakta, atau                                        pernyataan yang mendukung
4)      Menyusun kerangka karangan
5)      Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab - akibat , akibat sebab , atau ola pemecahan.
1)      Sebab- akibat
Pola urutan yang bermula dari tofik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut tofi/gagasan yang menjadi akibat.

2)      Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebab.

3)      Urutan pemecahan masalah
Pola urutan ini bermula dari asfek-asgfek yang menggambarkan maalah kemudian menorah pada pemecahan masalah.
Contoh: KB membuat keluarga sejatera damai dan bahagia dengan dua anak.

d)  PERSUASI
Persuasi adalah wacana yang mampu mengajak, mempengaruhi dan membujuk atau tulisan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca untuk berbuat sesuatu.

Contoh :
Kalimat ajakan dan himbauan pada iklan.

e)  NARASI
Narasi adalah mengarang atau menceritakan sesuatu baik nyata maupun tidak nyata, biasanya tulisan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul menyusul sehingga membentuk alur cerita. 

Unsur – unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
1.       Kejadian
2.       Tokoh
3.       Konflik
4.       Alur/plot
5.       Latar yang erdiri atas latar waktu, tempat dan suasana

Narasi yang digunakan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinyaa, atau setahun, kemudian kerap dipergunakan.

Tahap penulisan narasi, yaitu sebagai berikut:
a.       Menentuan tema cerita
b.      Menentukan tujuan
c.       Mendaftarkan tofik atau gagasan pokok
d.      Menyusun gagasan pokok menjadi keraangka karangan secara kronologis atau urutan waktu
e.      Mengembangkan kerangka menjadi karangan. Contoh: Cerpen
  Contoh : Cerpen


 ·         Berdasarkan tujuan
1.       Wacana Eksplinsif
Wacana Eksplinsif adalah wacana yang lebih di tunjukan kepada pembuat (penulis atau pembicara) itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat individual dan social. Misalnya, cacatan harian, dan lain-lain.

2.       Wacana Referensial
Wacana Referansial adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau realita dan data. Wacana ini tidak semata-mata di tunjukan kepada decoder ataupun encoder, tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara akurat. Wacana ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu Wacana Referansial ekspositoris dan Wacana Referansial ilmiah.

3.       Wacana Susastra
Wacana susastra berbicara sesuai dengan realittas untuk realitas itu sendiri. Dalam wacana ini yang dominan bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak. Jadi, realitas objektif sudah diolah menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel,cerpen, dan lain-lain.

4.       Wacana persuasive
Wacana persuasive adalan wacana memang di ciptakan untuk decoder (pembaca dan pendengar). Tujuannya adalah untuk mempengaruhi. Misalnya, iklan, pidato polotik, khotbah, dan lain-lain.
  

·         Berdasarkan pemaparan
1.       wacana naratif
wacana naratif adalah wacana yang lebih menonjolkanperan tokoh. Kejadian atau peristiwa dirangkai atau dijalin sedemikian rupa melalui peran-peran yang dimainkan oleh para tokoh. Urutan peristiwa dirangkai atau dijalin oleh pelaku secara kronologis. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita.

2.       Wacana procedural
Wacana procedural adalah wacana yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Unsure-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapt dikacaukan urutannya atau dibolak balik. Urgensi unsure yang lebih dahulu merupakan landasan untuk unsure sesudahnya. Wacan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja atau bagaiman proses terjadinya, atau proses melakukan sesuatu.

3.       Wacana hortatorik
Wacana ini adalah wacana yang berisi ajakan atau nasehat dan kadang-kadang bersifat memperkuat keputusan supaya lebih menyakinkan. Wacana ini merupakan hasil atau produksi suatu waktu dan bukan disusun berdasarkan urutan waktu.

4.       Wacana ekspositoris
Wacan ini merupakn rangkain tutur yang mempertengahkan atau memaparkan suatu pokok pikiran atau permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya sedetail mungkn. Wacana ini juga memberikan berbagai informasi sehingga pembaca atau pendengar paham dengan baik tentang masalah yang dikemukakan. Wacana ini dilengkapii dengan ilustrasi atau contoh.

5.       Wacana deskriptif
Wacana ini merupak rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman ataupun pengetahuan encoder wacana ini merangsang selluruh indra decoder sehingga decoder merasa betul-betul menyaksikan objek, peristiwa atau kejadian tersebut.


·         Berdasarkan orangnya :
a)   Monolog
Komunikasi yang hanya ada satu pembicara dan tidak ada terjadi pergantian dari orang lain. Wacana monolog itu wacana yang secara langsung tidak menghendaki interaksi timbale balik antara decoder dan encoder. Wacana ini lebih di dominasi oleh encoder, sedangkan decoder hanya bisa memberika tanggapn, saran, ataupun pendapat. Akan tetapi, waktu tetap saja tersedia untuk decoder.

b)   Dialog
Komunikasi yang terjadi antara dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya). Wacana dialog adalah wacana yang menghendaki terjadinya interaksi timbale balik antara decoder dan encoder. Pembagian jatah waktu di antar keduanya sama. Karena itu tidak ada dominasi satu pihak saja. Wacana dialog ini selanjtnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni wacana dialog sesungguhnya dan wacana dialog teks.

c)   Polilog
Komunikasi yang terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.



3.    Kohesi dan Koherensi

a)   Pengertian Kohesi
Kohesi merujuk pada perpautan bentuk.

b)   Pengertian Koherensi
Koherensi merujuk pada perpautan makna. 
Pada umumnya wacana yang baik memiliki kedua-duanya. Kalimat atau kata yang dipakai berkaitan dan menyambung satu sama lain secara berturut-turut.
  
Contoh :
Kalimat yang  memiliki kohesi yang tidak terdapat koherensi karena antar kalimat yang satu dan yang lain tidak ada perpautan bentuk : 
1)  Pak Ali pergi ke kota.Pak Bardi naik bus PPD. Bu Tahir membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor,harga mobil rakitan dalam negeri juga ikut naik.Mobil yang dibeli Pa Erwanti harganya lima belas juta rupiah..

Kaimat yang tidak terdapat kohesi tetapi terdapat koherensi :
2)  Pak Ali pergi kekota naik bus PPD.Ia membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor,maka harga sepatu buatan dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali itu harganya lima belas ribu rupiah.



Kelompok 4
FKIP Bahasa Sastra Indonesia & Daerah

2 komentar: