Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 19 Oktober 2012

Linguistik & Subdisiplinnya

     A.  Kajian Teori

          1.  Linguistik

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Bisa disebut ilmu karena mendasarkan diri pada fakta yang bersifat empiris, dengan objeknya yakni bahasa. Adapun pengertian “bahasa” di sini bukanlah bahasa dalam arti kias, misalnya bahasa tari, bahasa alam, bahasa tubuh, bahasa lebah, atau bahasa planet. Yang dimaksud bahasa adalah seperangkat aturan dan sistem yang diucapkan atau di tuliskan manusia sebagai alat komunikasi. Ada yang di namakan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Portugis, dan lain sebagainya. Bahasa ini dibentuk berdasarkan konvensi antarmanusia tanpa di rencanakan, dan pada perkembangan selanjutnya  di beri nama dan di standarkan, juga kadang dibentuk.


Berikut ini adalah pengertian dan definisi linguistik menurut para ahli :


#BLOOMFIELD (1933: 20-34)
Linguistik adalah sain (science), seperti halnya fisika dan kimia adalah sain.

#COMSKY
Linguistik adalah sebuah generatif yang bersifat mentalistik karena tujuan utamanya adalah menjelaskan hakekat competence, dan bukan performance.

#HJLEMSLEV
Linguistik adalah sebuah contoh metasemiotika (telaah tentang bahasa yang juga adalah bahasa itu sendiri).

#BENVENISTE
Linguistik adalah perbedaan antara dimensi-simensi semiotik dan semantik pada bahasa.

#NEWMARK
Lingusitik adalah ide dasar yang ada di dalam teks yang bersangkutan. Bisa di katakan bahwa makna ini tidak berbeda jauh dari serangkaian makna leksikal.

#MARTINET (1987: 19)
Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

#MATTHEWS
Linguistik di definisikan sebagai ilmu bahasa atau studi ilmiah mengenai bahasa.

#HARIMUTI KRIDALAKSANA
Linguistik merupakan ilmu tentang tata bahasa.

#DUBOIS, JEAN
Linguistik merupakan kajian ilmiah tentang bahasa.




          2.  Sejarah Linguistik


Chaer (2003:332) menyebutkan bahwa studi linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu dari tahap pertama disebut tahap spekulasi, tahap kedua disebut tahap observasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga adalah disebut dengan tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Pada tahap klasifikasi dan observasi, para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada perumusan teori. Karena itu, pekerjaan mereka belum dapat dikatakan bersifat ilmiah. Penyelidikan yang bersifat ilmiah baru dilakukan orang pada tahap ketiga, dimana bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dibuatkan teori-teorinya.

Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer, 2003:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya.


     B.  Subdisiplin Linguistik

Berdasarkan objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu , dibagi menjadi 2 , yaitu :
  • Linguistik Umum : linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum yang bersifat alamiah. Pernyataan-pernyataan yang dihasilkan akan menyangkut bahasa pada umumnya
  • Linguistik Khusus : linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa tertentu.
Berdasarkan objek kajiannya bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa dibedakan menjadi 2, yaitu :

  • Linguistik Sinkronik : linguistik yang mengkaji bahasa pada masa atau waktu tertentu yang terbatas tanpa membandingkan. Contoh : mengkaji kaidah bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan.
  • Linguistik Deskriptif : linguistik yang melihat dan menggambarkan bahasa dengan apa adanya tanpa menambah atau menguranginya. Contoh : bahasa Banjar pada saat ini.
  • Linguistik Historis Komparatif : linguistik yang membandingkan dua bahasa atau lebih pada periode waktu yang berbeda. Kajian ini dilakukan untuk menemukan titik persamaan dan perbedaan sehingga dapat menentukan kekerabatan bahasa. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo, Atinggola, dan Suwawa pada tahun 1950 dan 1980.
  • Linguistik Kontrastif : linguistik yang membandingkan bahasa-bahasa pada periode tertentu. Pada umumnya, linguistik kontrastif dilakukan untuk menemukan persamaan dan perbedaan bahasa, baik pada tingkat fonologis, morfologis, maupun sintaksis. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Jawa, Madura, dan Sunda pada zaman kerajaan Majapahit

Berdasarkan objek kajiannya apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam    hubungannya dengan faktor diluar bahasa dibedakan menjadi :

  • Linguistik Mikro : linguistik yang mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa pada umumnya. Linguistik mikro dibagi lagi menjadi subdisiplin linguistik fonologi (mempelajari ciri-ciri bunyi bahasa), linguistik morfologi (mempelajari struktur kata, bagian, serta cara pembentukannya), linguistik sintaksis (mempelajari satuan kata, satuan lain diatas kata , hubungan satu dengan yang lain, dan cara penyusunannya sehingga menjadi sebuah ujaran), linguistik semantik (mempelajari makna yang bersifat leksikal, gramatikal, dan kontekstual), linguistik leksikologi (mempelajari kosa kata suatu bahasa).
  • Linguistik Makro : linguistik yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor diluar bahasa. Linguistik makro dibagi lagi menjadi subdisiplin sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolonguistik.

Berdasarkan tujuannya apakah penyelidikan linguistik untuk merumuskan teori atau untuk diterapkan , dibagi menjadi :

  • Linguistik Teoretis: linguistik yang berusaha mengadakan penelitian atau penyelidikan terhadap bahasa yang tujuannya hanya untuk kepentingan teori belaka.
  • Linguistik Terapan: linguistik yang berusaha mengadakan penyelidikan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat.
 
Berdasarkan hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa :

  • Dialektologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari batas-batas dialeg dan bahasa dalam suatu wilayah tertentu. Dialektologi ini merupakan ilmu interdisipliner antara linguistik dan geografi.
  • Sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat. Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan linguistik.
  • Antropolinguistik subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan pranata budaya manusia.
  • Stilistika adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Stilistika ini merupakan ilmu interdisipliner antara sesastra dan linguistik.
  • Filologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Stilistika ini merupakan ilmu interdisiplin antara sejarah, kebudayaan dan linguistik.

Berdasarkan aliran atau teori yang di gunakan dalam penyelidikan bahasa , dapat dibagi menjadi :

  • Linguistik Tradisional. Teori tradisional menganggap semua bahasa itu mesti mempunyai ciri seperti bahasa Latin atau Yunani kuno. Tata bahasa tradisional di dasarkan terutama pada analisis makna atau pengertian dan pencirian kalimat pada logika.
  • Linguistik Struktural. Struktural adalah berkenaan dengan struktur, sedangkan struktur merupakan  pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis (hubungan linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu). Dalam hal ini dapat di simpulkan, Linguistik struktural sebagai kajian linguistik yang membahas bahasa menggunakan pendekatan pada bahasa itu sendiri.
  • Linguistik Transformasional. Konsep strukturalisme yang paling ditentang adalah konsep bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit).
  • Linguistik Semantik. Semantik Linguistik adalah studi tentang makna yang di gunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Bentuk lain dari semantik termasuk semantik bahasa pemrograman, logika formal, dan semiotika.
  • Linguistik Ralasional. Tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam wujud, yaitu: 1) seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur; 2) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain; dan 3) seperangkat "coordinates" yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
  • Lingustik Sistemik. Melihat bahasa dari perspektif sosio-fungsional di mana komunikasi adalah berhubungan dengan konteks dan tujuan. Pendekatan ini berkaitan dengan analisa wacana. Dengan kata lain, itu adalah cara lain untuk menganalisa wacana. Ini adalah analisa bahasa dari sisi pemikiran yang disebut 'systemis'. Pendekatan ini berpendapat bahwa teks-teks selalu dihasilkan dalam konteks, bahwa arti bahasa ditemukan dalam teks secara keseluruhan dan bukan dalam kalimat yang terpisah.

Jumat, 12 Oktober 2012

Langue dan Parole


Perbedaan Langue dan Parole serta Keterkaitan Dikotominya
Antara Langue dan Parole merupakan teori yang dicetuskan oleh F. De Saussure


Langue

Langue merupakan bahasa sebagai objek sosial yang murni dan dengan demikian keberadaannya diluar individu, sebagai seperangkat konvensi-konvensi sistemik yang berperan penting dalam komunikasi. Langue merupakan sistem sosial yang otonom, yang tidak bergantung kepada materi maupun tanda-tanda pembentuknya. Sebagai sebuah institusi sosial, langue bukan sama sekali sebuah tindakan dan tidak bisa pula dirancang atau diciptakan atau diubah secara pribadi, karena pada hakikatnya langue merupakan kontrak kolektif yang sungguh-sungguh harus dipatuhi bila kita ingin berkomunikasi, singkat kata langue adalah bahasa dalam wujudnya sebagai suatu sistem.
Disamping sebagai sebuah institusi sosial, langue juga sekaligus merupakan sistem nilai. Bila sebagai suatu sistem sosial, langue pada dasarnya merupakan kontrak kolektif yang harus diterima secara menyeluruh bila kita hendak berkomunikasi. Karena demikian, langue tersusun atas sejumlah elemen yang sekaligus ekuivalen dari kuantitas benda-benda dan terma-terma yang berfungsi lebih luas didalam sebuah tatanan referenssial.

Pemahaman dalam bahasa singkatnya Langue merupakan sistem yang mengacu pada bahasa tertentu yang ada di pemikiran manusia.

Parole

Parole merupakan bagian dari bahasa yang sepenuhnya individual. Parole dapat dipandang, pertama-tama, sebagai kombinasi yang memungkinkan subjek (penutur) sanggup menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Disamping itu, ia juga dapat dipandang sebagai mekanisme psiko-fisik yang memungkinkan subjek menampilkan kombinasi tadi. Aspek kombinatif ini mengimplikasikan bahwa parole tersusun dari tanda-tanda yang identik dan senantiasa berulang. Karena merupakan aktivitas kombinatif maka parole terkait dengan penggunaan indifidu dan bukan semata-mata bentuk kreasi. 

Singkatnya, parole merupakan penggunaan aktual bahasa sebagai tindakan individu-individu.


Perbedaan Langue dan Parole


Keterkaitan Dikotominya
Langue dan Parole memiliki keterkaitan dikotomi dari pemaparan yang dijelaskan yakni kita mengolah suatu sistem tata bahasa kita menggunakan Langue sementara kita keluarkan atau kita apresiasikan melalui alat ucap kita yaitu mulut.



Perbedaan Kompetensi dan Performansi serta keterkaitan Dikotominya
Antara Kompetensi dan Performansi merupakan teori yang di kemukakan Nom Chomsky.
  
Kompetensi
Suatu kemungkinan yang tersimpan dan tewaris pada otak manusia dengan persepsi bahwa manusia dapat melaksanakan proses berbahasa.Dengan kata lain kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya.Chomsky (1957) memiliki asumsi bahwa kemampuan orang menggunakan bahasa berkaitan erat dengan pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang ada di dalam bahasa tersebut.
 Performansi 
 
     Performansi adalah aktualisasi bahasa,disini maksudnya dalah hasil dari bahasa tersebut.Misalkan seorang anak yang mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi merupakan hasil dari pencernaan dan pengolahan tata bahasa yang mungkin tidak sengaja ia dengar maupun memang sengaja untuk diajarkan kedua orang tua dan dari lingkungannya.
 
       Keterkaitan dikotominya

         Sebagaimana diketahui bahwa kompetensi adalah pengetahuan penutur-pendengar mengenai bahasanya dan performansilah yang mewujudkan bahasa dalam pelaksanaan berbahasa dalam bentuk menerbitkan kalimat-kalimat dalam keadaan yang nyata.

Perbedaan Struktur Dalam dan Struktur Luar serta keterkaitan dikotominya
Antara Struktur Dalam dan Struktur Luar merupakan teori yang di kemukakan Nom Chomsky.

  • Struktur Dalam
    Struktur Dalam merupakan struktur yang dianggap mendasari kalimat dan mengandung semua informasi yang diperlukan untuk interpretasi sintaksis dan semantiknya.

    Struktur Luar
    Struktur luar adalah struktur yang tampak dalam tuturan nyata yang menggambarkan urutan bunyi, kata, frasa, kalimat.

    Keterkaitan dikotominya
    Struktur Dalam dan Struktur Luar ditinjau dari dikotomi adalah struktur dalam merupakan dasar pembentukan kalimat yang berisi segala aspek informasi sedang kan struktur luarlah yang merelasiasikannya berupa bunyi,frasa dan kalimat.

Hakikat Bahasa

Hakikat Bahasa

Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan / perasaan dengan memakai tanda – tanda, bunyi – bunyi, gesture yang berkaitan dengan mimic atau tanda – tanda yang disepakati dan mengandung makna yang dapat dipahami.

1)   Bahasa sebagai system
Maksudnya bahwa terdiri dari unsur – unsur atau komponen – komponen teratur dan menurut pola tertentu.
Contohnya : bersistematis yaitu tersusun oleh polanya.
a.    Saya = sistematis dan memiliki makna
       Yasa = tidak sistematis dan tidak memiliki makna
       Aasy = tidak sistematis dan tidak memiliki makna

2)   Bahasa sebagai lambang
Lambang – lambang bahasa diwujudkan dalam bentuk bunyi, yang berupa satuan – satuan bahasa seperti kata / gabungan kata.
Contohnya : Bendera merah putih
a.    Merah = berani
       Putih  = suci

3)   Bahasa adalah bunyi
Sistem bahasa itu berupa lambang yang diwujudkan berupa bunyi. Yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa / termasuk lambang bahasa adalah bunyi yang bukan dihasilkan alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa.
Contohnya : Bunyi teriakan, bersin, batuk, dan  lain – lain.

4)   Bahasa itu bermakna
Telah dibicarakan tadi bahwa bahasa itu adalah system lambang , oleh karena itu lambang – lambang itu mengacu pada suatu konsep , ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Contohnya : kuda = berkaki empat binatang peliharaan sebagai alat transportasi.

5)   Bahasa itu arbitrer
Arbitrer adalah sembarang, sewenang –  wenang, maka suka, berubah – ubah. Maksudnya adalah tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud lambang tersebut misalnya kita tidak bisa menjelaskan hubungan antara lambang bunyi (air) dengan benda yang dilambangkan  yaitu benda cair yang diapakai.
Contohnya : kuda yang disebut oleh orang

6)   Bahasa itu konvensional
Telah kita bahas sebelumnya bahwa hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat, arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional.
Contohnya: Semua masyarakat jawa menyebut pesawat dengan sebutan kapal terbang.

7)   Bahasa itu bersifat produktif
Maksudnya adalah walaupun unsur – unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur – unsur yang jumlahnya terbatas itu dpat dibuat satuan – satuan bahasa yang jumlahnya tak terbatas, meski secara relattif, sesuai dengan yang berlaku pada basa itu.
Contoh; Galau,alay lebay

8)   Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas tertentu yang tidak dimiliki bahasa lain.
Contoh; Bahasa banjar berbeda dengan bahasa jawa.

9)   Bahasa itu universal
 Artinya ada ciri yang sama dimiliki oleh setiap bahasa di dunia. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahsa yang mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan.
Contoh; I love you dengan aishiteru

10) Bahasa itu dinamis
Karena keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupan bermasyrakat kegiatan itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga ikut berbah, menjadi tidak tetap , menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Contoh; download dan upload berubah menjadi unduh dan unggah

11)  Bahasa itu bervariasi
Anggota suatu masyrakat beraneka ragam , ada yang berpendidikan ada yang juga yang tidak, ada yang berpropesi sebagai dokter, petani,nelayan, dan sebagainya. Oleh karena latar belakang dan lingkungan yang tidak sama maka bahasa yang mereka gunakan bervariasi atau beragam.
Contoh; pedagang sate Madura dengan pedagang sate banjar menyebutkan kata satenya berbeda. Pedagang Madura ( Te-Satte), sedangkan pedagang Banjar ( Sate ).

12)  Bahasa itu manusiawi
Maksudnya adalah bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik  manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
Contohnya : hanya di miliki oleh manusia.

Minggu, 07 Oktober 2012

Pengertian Wacana Menerut Beberapa Ahli

-->
Pengertian Wacana Menurut Beberapa Ahli Bahasa

1.      Kamus Besar Bahasa Indonesia

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut :
a)      Ucapan; perkataan; tuturan;
b)      Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;
c)      Satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang uttuh, seperti novel, buku, atau artikel.
Pada pengertian ketiga tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan apa yang tertuang di dalam Kamus Linguistik susunan Harimurti Kridalaksana. Tampak pada batasan tersebut bahwa keutuhan atau kelengkapan makna di dalam sebuah wacana merupakan syarat penting yang harus dimilikinya. Di samping itu secara tegas dinyatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, wujud konkretnya berupa novel, buku, artikel, dan sebagainya.

2.      Aminuddin

Wacana adalah kesuluruhan unsur-unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi. Wujud konkretnya dapat berupa tuturan lisan maupun teks tulis. Lebih lanjut, ia menyatakan ruang lingkup analisis wacana selain merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks, juga berkaitan dengan dunia acuan, konteks, dan aspek pragmatik yang ada pada penutur maupun penanggap.

3.         Soeseno Kartomihardjo

Soeseno Kartomihardjo menyatakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat dan lazim disebut wacana. Unit yang dimaksud dapat berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerpen, dan sebagainya. Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan. Analisis wacana banyak menggunakan pola sosiolinguistik, suatu cabang ilmu bahasa yang menelaah bahasa di dalam masyarakat.

4.      Michael Stubbs

Stubbs  menyatakan bahwa analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas kalimat atau klausa, dan karenanya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas, seperti pertukaran percakapan atau teks tulis. Analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, dan khususnya interaksi atau dialog antar penutur.

  



5.   Jan Renkema

Renkema  mengemukakan studi wacana adalah disiplin ilmu yang ditekuni untuk mencari hubungan antara bentuk dan fungsi di dalam komunikasi verbal. Studi wacana merupakan disiplin ilmu linguistik yang bertujuan menyelidiki bukan saja hubungan antara bentuk dan makna, melainkan juga keterkaitan antara bentuk dan fungsi bahasa di dalam komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai sarananya.

6.      Abdul Chaer

Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi). Kekohesian adalah keserasian hhubungan antar unsur yang ada. Wacana yang kohesif bisa menciptakan wacana yang koheren (wacana yang baik dan benar)

7.      B.H.Hoed

Wacana adalah suatu bangun teoritis yang bersifat abstrak. Wacana dikaji sebagai bangun teoritis yang memperlihatkan hubungan antara satu proposisi atau sejumlah proposisi dengan kerangka acuannya yang berupa konteks dan sittuasi. Dalam batasan tersebut, B.H.Hoed membedakan antara wacana yang bersifat abstrak dan termasuk dalam tataran langue dengan teks yang bersifat konkret (merupakan realisasi wacana) dan termasuk dalam tataran parole.

8.      Bambang Yudi Cahyono

Analisis wacana adalah ilmu yang mengkaji organisasi wacana di atas tingkat kalimat atau klausa. Wacana dibentuk dari satuan bahasa di atas klausa atau kalimat, baik lisan seperti percakapan maupun tulis seperti teks-teks tertulis.

9.      Norman Fairclough

Wacana adalah pemakaian bahasa tampak sebagai sebuah bentuk praktek sosial, dan analisis wacana adalah analisis mengenai bagaimana teks bekerja/berfungsi dalam praktek sosia-budaya. Dalam hal ini Fairclough memandang wacana sebagai bentuk praktek sosial yang terungkap melalui pemakaian bahasa. Dengan demikian analisis wacana berusaha menjelaskan bagaimana bahasa (teks) berfungsi mengungkapkan realitas sosial budaya. Aspek-aspek yang dikaji meliputi bentuk, struktur, dan organisasi teks mulai dari tataran yang terendah fonologi (fonem), gramatika (morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat), leksikon (kosakata), sampai dengan tataran yang lebih tinggi seperti sistem pergantian percakapan, struktur argumentasi, dan jenis-jenis aktivitas.


10.  Gillian Brown dan George Yule

Analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Analisis wacana bertitik tolak dari segi fungsi bahasa, artinya analisis wacana mengkaji untuk apa bahasa ittu digunakan. Di dalam analisisnya kedua ahli tersebut memfokuskan pada dua fungsi utama : (1) fungsi transaksional, yaitu fungsi bahasa unttuk mengungkapkan isi, dan (2) fungsi interaksional, yaitu fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.

11.  Michael Mc Carthy

Analisis wacana berkaitan dengan studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa. Analisis wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian : semua jenis teks tetulis dan data lisan, dari percakapan sampai dengan bentuk-bentuk percakapan yang sangat melembaga. Analisis wacana mencakup studi tentang interaksi lisan atau tulis. Senada dengan Brown dan Yule, Carthy juga berpandangan bahwa analisis wacana menekankan pada hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa, baik berkenaan dengan teks tertulis maupun data lisan.

12.  Malcolm Coulthard

Terlihat adanya perbedaan penggunaan istilah antara wacana lisan dengan teks tulisan, tetapi perbedaan tersebut tidak berlaku secara universal. Istilah teks lebih mengacu pada lisan, sedangkan istilah wacana lebih mengacu pada tulisan.

13.  Jusuf Syarif Badudu

Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.

14.  Praptomo Baryadi

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, kutbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari segi makna bersifat koheren, terpadu. 
 

Senin, 01 Oktober 2012

Wacana

WACANA


1.    Pengertian Wacana

Wacana adalah retetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu.
wacana berasal dari bahasa inggris "dscourse", yang artinya antara lain "kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya." pengertian lain yaitu "komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur." wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam heararki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.

sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana di bentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifannya, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.

Pengertian wacana menurut beberapa ahli :
·         Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang etrlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
·         Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.
·         Foucault memandang wacana kadanag kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai sebuah praktif regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
·         J.S Badudu (2000) yang memaparkan; wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat - kalimat itu.    

Pengertian wacana dalam Structural, Fungsional dan Structural dan Fungsional :  
  • Structural (struturalisme), merupakan suatu pendekatan ilmu humanis/kemanusiaan yang mencoba untuk menganalisis suatu bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan.
  • Fungsional (fungsionalisme), yaitu mengetahui bahwa setiap fonem (bunyi) itu memiliki fungsi, sehingga dapat, membedakan arti. Setiap fonem (istilah) yang diartikulasikan memiliki isi dan ekspresi, dengan begitu dapat dilihat artinya.
  • Structural dan Fungsional, merupakan suatu pendekatan yang berhububungan dengan system kompleks yang berbeda sehingga memiliki fonem (bunyi) yang dapat membedakan dan memberi suatu arti.
 
2.    Jenis-jenis wacana

·             Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohensif antara lain; pertama, konjungsi yakni alat untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis yaitu penghilang bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat yang lain.
 Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohensif dan koheren dapat juga dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain; Pertama, menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua menggunakan hubungan generik - spesifik atau sebaliknya spesifik - generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua kalimat atau isi antara dua buah kaliamt dalam satu wacana. Keempat, menggunakan hubungan sebab akibat diantara isi kedua bagian kalimat atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan di dalam sebuah wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian atau dua kalimat dalam satu wacana. 

Alat wacana digunakan untuk membuat wacana yang kohensif dan kohere. ada 2 asfek yaitu:
1.       Asfek Gramatikal
     - konjingsi (penghubung)
     - kata ganti dia, -nya, merka, ii dan itu sebagai rujukan anaforis
     - menggunakan elisis (penghilang bagian kalimat yang sama)  
   
2.       Asfek Semantik
     - hubungan pertentangan
     - generik - spesifik dan sebaliknya
     - hubungan perbandingan
     - hubungan sebab akibat
     - hubungan tujuan
     - rujukan yang sama   

 
·          Berdasarkan bentuk :
a)  Wacana Tulis
Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis (Tarigan, 1993:52). Penerima pesan wacana tulis adalah pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, maka keterampilan menulis merupakan pokok penting dalam menyampaikan pesan. (Tarigan, 1993: 52) menyatakan bahwa untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima pesan harus membacanya. Untuk sampai kepada penerimaan, pemahaman, atau penikmatan pesan yang disampaikan dalam wacana tulis, maka kalimat yang digunakan harus efektif. Keefektifan kalimat mencerminkan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna.

b)  Wacana Lisan 
    Penyajian wacana lisan berbeda dengan wacana secara tertulis. Tarigan (1993:55) mengatakan bahwa wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerimanya, memahami, atau menikmati wacana ini maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya.Penyimak atau pendengar dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pembicara apabila pembicara terampil berbicara. Keterampilan berbicara sangat berpengaruh terhadap penyampaian pesan pada wacana lisan. Pesan yang dikemas dalam rangkaian kalimat harus diungkapkan dengan intonasi, lafal, dan durasi yang tepat.


·         Berdasarkan fungsi :
a)  DESKRIPSI
Deskripsi adalah penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan. Deskripsi merupakan hasil observasi melalui panca indra yang disampaikan secara kronologis. 

Dilihat dari segi objeknya, deskripsi dibedakan menjadi 2 macam, yakni :
1.    Deskripsi imajinatif/impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
contoh deskripsi imajinatif :
“Aku tidak lagi berada dikamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhi ruangan itu, tapi tak seorang pun kelihatan peduli. Kami semua duduk di kursi yang di atur membentuk sebuah lingkaran., mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduk tenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang pun yang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”

2.  Deskripsi factual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi factual :
“Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang ku cari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa inggris, Write Your Massage! Pada not book itu kubaca pesan untukku, “masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
 

b)  EKSPOSISI
Eksposisi adalah menjelaskan baik peristiwa atau lainnya dan harus berurutan, biasanya tulisan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topic dengan tujuan memberikan informasi atau pengetahuan tambahan.

Contoh :
Mencangkok bukanlah pekerjaan yang sukar. Satu menit saja kita belajar, kita sudah dapat berpraktik dan hasilnya kita tunggu satu, dua bulan caranya sebagai berikut.

c)   ARGUMENTASI
Argumentasi adalah mengeluarkan pendapat, pendapat ini harus kita perhatikan dengan bukti dan fakta, biasanya tulisan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan dengan data, fakta sebagai bukti. 

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut:
1)      Menentukan tema atau tofik permasalahan
2)      Merumuskan tujuan penulis
3)  Mengumpulkan data atau bahan berupa; bukti-bukti, fakta, atau                                        pernyataan yang mendukung
4)      Menyusun kerangka karangan
5)      Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab - akibat , akibat sebab , atau ola pemecahan.
1)      Sebab- akibat
Pola urutan yang bermula dari tofik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut tofi/gagasan yang menjadi akibat.

2)      Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebab.

3)      Urutan pemecahan masalah
Pola urutan ini bermula dari asfek-asgfek yang menggambarkan maalah kemudian menorah pada pemecahan masalah.
Contoh: KB membuat keluarga sejatera damai dan bahagia dengan dua anak.

d)  PERSUASI
Persuasi adalah wacana yang mampu mengajak, mempengaruhi dan membujuk atau tulisan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca untuk berbuat sesuatu.

Contoh :
Kalimat ajakan dan himbauan pada iklan.

e)  NARASI
Narasi adalah mengarang atau menceritakan sesuatu baik nyata maupun tidak nyata, biasanya tulisan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul menyusul sehingga membentuk alur cerita. 

Unsur – unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
1.       Kejadian
2.       Tokoh
3.       Konflik
4.       Alur/plot
5.       Latar yang erdiri atas latar waktu, tempat dan suasana

Narasi yang digunakan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinyaa, atau setahun, kemudian kerap dipergunakan.

Tahap penulisan narasi, yaitu sebagai berikut:
a.       Menentuan tema cerita
b.      Menentukan tujuan
c.       Mendaftarkan tofik atau gagasan pokok
d.      Menyusun gagasan pokok menjadi keraangka karangan secara kronologis atau urutan waktu
e.      Mengembangkan kerangka menjadi karangan. Contoh: Cerpen
  Contoh : Cerpen


 ·         Berdasarkan tujuan
1.       Wacana Eksplinsif
Wacana Eksplinsif adalah wacana yang lebih di tunjukan kepada pembuat (penulis atau pembicara) itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat individual dan social. Misalnya, cacatan harian, dan lain-lain.

2.       Wacana Referensial
Wacana Referansial adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau realita dan data. Wacana ini tidak semata-mata di tunjukan kepada decoder ataupun encoder, tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara akurat. Wacana ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu Wacana Referansial ekspositoris dan Wacana Referansial ilmiah.

3.       Wacana Susastra
Wacana susastra berbicara sesuai dengan realittas untuk realitas itu sendiri. Dalam wacana ini yang dominan bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak. Jadi, realitas objektif sudah diolah menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel,cerpen, dan lain-lain.

4.       Wacana persuasive
Wacana persuasive adalan wacana memang di ciptakan untuk decoder (pembaca dan pendengar). Tujuannya adalah untuk mempengaruhi. Misalnya, iklan, pidato polotik, khotbah, dan lain-lain.
  

·         Berdasarkan pemaparan
1.       wacana naratif
wacana naratif adalah wacana yang lebih menonjolkanperan tokoh. Kejadian atau peristiwa dirangkai atau dijalin sedemikian rupa melalui peran-peran yang dimainkan oleh para tokoh. Urutan peristiwa dirangkai atau dijalin oleh pelaku secara kronologis. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita.

2.       Wacana procedural
Wacana procedural adalah wacana yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Unsure-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapt dikacaukan urutannya atau dibolak balik. Urgensi unsure yang lebih dahulu merupakan landasan untuk unsure sesudahnya. Wacan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja atau bagaiman proses terjadinya, atau proses melakukan sesuatu.

3.       Wacana hortatorik
Wacana ini adalah wacana yang berisi ajakan atau nasehat dan kadang-kadang bersifat memperkuat keputusan supaya lebih menyakinkan. Wacana ini merupakan hasil atau produksi suatu waktu dan bukan disusun berdasarkan urutan waktu.

4.       Wacana ekspositoris
Wacan ini merupakn rangkain tutur yang mempertengahkan atau memaparkan suatu pokok pikiran atau permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya sedetail mungkn. Wacana ini juga memberikan berbagai informasi sehingga pembaca atau pendengar paham dengan baik tentang masalah yang dikemukakan. Wacana ini dilengkapii dengan ilustrasi atau contoh.

5.       Wacana deskriptif
Wacana ini merupak rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman ataupun pengetahuan encoder wacana ini merangsang selluruh indra decoder sehingga decoder merasa betul-betul menyaksikan objek, peristiwa atau kejadian tersebut.


·         Berdasarkan orangnya :
a)   Monolog
Komunikasi yang hanya ada satu pembicara dan tidak ada terjadi pergantian dari orang lain. Wacana monolog itu wacana yang secara langsung tidak menghendaki interaksi timbale balik antara decoder dan encoder. Wacana ini lebih di dominasi oleh encoder, sedangkan decoder hanya bisa memberika tanggapn, saran, ataupun pendapat. Akan tetapi, waktu tetap saja tersedia untuk decoder.

b)   Dialog
Komunikasi yang terjadi antara dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya). Wacana dialog adalah wacana yang menghendaki terjadinya interaksi timbale balik antara decoder dan encoder. Pembagian jatah waktu di antar keduanya sama. Karena itu tidak ada dominasi satu pihak saja. Wacana dialog ini selanjtnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni wacana dialog sesungguhnya dan wacana dialog teks.

c)   Polilog
Komunikasi yang terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.



3.    Kohesi dan Koherensi

a)   Pengertian Kohesi
Kohesi merujuk pada perpautan bentuk.

b)   Pengertian Koherensi
Koherensi merujuk pada perpautan makna. 
Pada umumnya wacana yang baik memiliki kedua-duanya. Kalimat atau kata yang dipakai berkaitan dan menyambung satu sama lain secara berturut-turut.
  
Contoh :
Kalimat yang  memiliki kohesi yang tidak terdapat koherensi karena antar kalimat yang satu dan yang lain tidak ada perpautan bentuk : 
1)  Pak Ali pergi ke kota.Pak Bardi naik bus PPD. Bu Tahir membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor,harga mobil rakitan dalam negeri juga ikut naik.Mobil yang dibeli Pa Erwanti harganya lima belas juta rupiah..

Kaimat yang tidak terdapat kohesi tetapi terdapat koherensi :
2)  Pak Ali pergi kekota naik bus PPD.Ia membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor,maka harga sepatu buatan dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali itu harganya lima belas ribu rupiah.



Kelompok 4
FKIP Bahasa Sastra Indonesia & Daerah