WACANA
1. Pengertian Wacana
Wacana adalah retetan kalimat yang
berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu.
wacana berasal dari bahasa inggris
"dscourse", yang artinya antara lain "kemampuan untuk maju
menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya." pengertian lain yaitu
"komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan
teratur." wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam
heararki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
sebagai satuan bahasa yang lengkap,
maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang
utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar
(dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar, wacana di bentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. persyaratan gramatikal dapat
dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifannya, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi
wacana apik dan benar.
Pengertian wacana menurut beberapa ahli
:
·
Hawthorn
(1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang etrlihat sebagai sebuah
pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal
dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
·
Roger
Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan
yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk
di dalamnya.
·
Foucault
memandang wacana kadanag kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala
sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai
sebuah praktif regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
·
J.S
Badudu (2000) yang memaparkan; wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan
dengan, yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lainnya,
membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat - kalimat itu.
Pengertian wacana dalam Structural, Fungsional
dan Structural dan Fungsional :
- Structural
(struturalisme), merupakan suatu pendekatan ilmu humanis/kemanusiaan yang
mencoba untuk menganalisis suatu bidang tertentu (misalnya, mitologi)
sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan.
- Fungsional
(fungsionalisme), yaitu mengetahui bahwa setiap fonem (bunyi) itu memiliki
fungsi, sehingga dapat, membedakan arti. Setiap fonem (istilah) yang
diartikulasikan memiliki isi dan ekspresi, dengan begitu dapat dilihat
artinya.
- Structural
dan Fungsional, merupakan suatu pendekatan yang berhububungan dengan
system kompleks yang berbeda sehingga memiliki fonem (bunyi) yang dapat
membedakan dan memberi suatu arti.
2. Jenis-jenis
wacana
·
Alat Wacana
Alat-alat
gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohensif
antara lain; pertama, konjungsi yakni alat untuk menghubungkan bagian-bagian
kalimat atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata
ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian
kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga,
menggunakan elipsis yaitu penghilang bagian kalimat yang sama yang terdapat
pada kalimat yang lain.
Selain
dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohensif dan koheren dapat juga
dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain; Pertama,
menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam
wacana itu. Kedua menggunakan hubungan generik - spesifik atau sebaliknya
spesifik - generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua
kalimat atau isi antara dua buah kaliamt dalam satu wacana. Keempat,
menggunakan hubungan sebab akibat diantara isi kedua bagian kalimat atau isi
antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan
di dalam sebuah wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua
bagian atau dua kalimat dalam satu wacana.
Alat
wacana digunakan untuk membuat wacana yang kohensif dan kohere. ada 2 asfek
yaitu:
1. Asfek Gramatikal
- konjingsi (penghubung)
- kata ganti dia, -nya, merka,
ii dan itu sebagai rujukan anaforis
- menggunakan elisis (penghilang
bagian kalimat yang sama)
2. Asfek Semantik
- hubungan pertentangan
- generik - spesifik dan
sebaliknya
- hubungan perbandingan
- hubungan sebab akibat
- hubungan tujuan
- rujukan yang sama
·
Berdasarkan
bentuk :
a) Wacana Tulis
Wacana tulis atau written
discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media
tulis (Tarigan, 1993:52). Penerima pesan wacana tulis adalah pembaca.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka keterampilan menulis merupakan pokok
penting dalam menyampaikan pesan. (Tarigan, 1993: 52) menyatakan bahwa untuk
menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima pesan harus
membacanya. Untuk sampai kepada penerimaan, pemahaman, atau penikmatan pesan
yang disampaikan dalam wacana tulis, maka kalimat yang digunakan harus efektif.
Keefektifan kalimat mencerminkan pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna.
b) Wacana Lisan
Penyajian wacana lisan berbeda dengan wacana secara
tertulis. Tarigan (1993:55) mengatakan bahwa wacana lisan atau spoken
discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan.
Untuk menerimanya, memahami, atau menikmati wacana ini maka sang penerima harus
menyimak atau mendengarkannya.Penyimak atau pendengar dapat menerima pesan yang
disampaikan oleh pembicara apabila pembicara terampil berbicara. Keterampilan
berbicara sangat berpengaruh terhadap penyampaian pesan pada wacana lisan.
Pesan yang dikemas dalam rangkaian kalimat harus diungkapkan dengan intonasi,
lafal, dan durasi yang tepat.
·
Berdasarkan fungsi :
a) DESKRIPSI
Deskripsi adalah penggambaran dengan
kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan. Deskripsi merupakan hasil
observasi melalui panca indra yang disampaikan secara kronologis.
Dilihat dari segi objeknya, deskripsi
dibedakan menjadi 2 macam, yakni :
1.
Deskripsi
imajinatif/impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai
kesan/imajinasi si penulis.
contoh deskripsi
imajinatif :
“Aku tidak lagi
berada dikamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang
yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhi
ruangan itu, tapi tak seorang pun kelihatan peduli. Kami semua duduk di kursi
yang di atur membentuk sebuah lingkaran., mirip dengan ruangan diskusi. Semua
tampak duduk tenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang pun yang
kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”
2.
Deskripsi
factual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan
urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi
factual :
“Lantai tiga kamar
nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang ku cari; tanda pengenalnya
tertera di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada
sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah
dalam bahasa inggris, Write Your Massage! Pada not book itu kubaca pesan untukku, “masuk saja, Rat, kunci dalam
kotak ini. Tunggu aku!”
b) EKSPOSISI
Eksposisi adalah menjelaskan baik
peristiwa atau lainnya dan harus berurutan, biasanya tulisan ini berisi uraian
atau penjelasan tentang suatu topic dengan tujuan memberikan informasi atau
pengetahuan tambahan.
Contoh :
Mencangkok bukanlah
pekerjaan yang sukar. Satu menit saja kita belajar, kita sudah dapat berpraktik
dan hasilnya kita tunggu satu, dua bulan caranya sebagai berikut.
c)
ARGUMENTASI
Argumentasi adalah mengeluarkan
pendapat, pendapat ini harus kita perhatikan dengan bukti dan fakta, biasanya
tulisan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan
dengan data, fakta
sebagai bukti.
Tahapan menulis
karangan argumentasi, sebagai berikut:
1) Menentukan tema atau
tofik permasalahan
2) Merumuskan tujuan
penulis
3)
Mengumpulkan data atau bahan berupa; bukti-bukti, fakta,
atau pernyataan yang mendukung
4) Menyusun kerangka
karangan
5) Mengembangkan
kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan
argumentasi dapat berpola sebab - akibat , akibat sebab , atau ola pemecahan.
1)
Sebab- akibat
Pola
urutan yang bermula dari tofik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut
tofi/gagasan yang menjadi akibat.
2)
Akibat-sebab
Pola
urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan dengan
hal-hal yang menjadi sebab.
3)
Urutan pemecahan
masalah
Pola
urutan ini bermula dari asfek-asgfek yang menggambarkan maalah kemudian menorah
pada pemecahan masalah.
Contoh: KB membuat keluarga sejatera
damai dan bahagia dengan dua anak.
d) PERSUASI
Persuasi adalah wacana yang mampu
mengajak, mempengaruhi dan membujuk atau tulisan ini bertujuan mempengaruhi
emosi pembaca untuk berbuat sesuatu.
Contoh :
Kalimat ajakan dan himbauan pada iklan.
e) NARASI
Narasi adalah mengarang atau
menceritakan sesuatu baik nyata maupun tidak nyata, biasanya tulisan ini berisi
rangkaian peristiwa yang susul menyusul sehingga membentuk alur cerita.
Unsur – unsur penting dalam sebuah
narasi adalah:
1.
Kejadian
2.
Tokoh
3.
Konflik
4.
Alur/plot
5.
Latar
yang erdiri atas latar waktu, tempat dan suasana
Narasi yang digunakan dalam bentuk penceritaan yang ditandai
oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung
yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu,
selanjutnya, keesokan harinyaa, atau setahun, kemudian kerap dipergunakan.
Tahap penulisan narasi, yaitu sebagai berikut:
a.
Menentuan
tema cerita
b. Menentukan
tujuan
c.
Mendaftarkan
tofik atau gagasan pokok
d. Menyusun
gagasan pokok menjadi keraangka karangan secara kronologis atau urutan waktu
e. Mengembangkan
kerangka menjadi karangan. Contoh: Cerpen
Contoh : Cerpen
·
Berdasarkan tujuan
1.
Wacana Eksplinsif
Wacana Eksplinsif
adalah wacana yang lebih di tunjukan kepada pembuat (penulis atau pembicara)
itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan dirinya
sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat individual dan
social. Misalnya, cacatan harian, dan lain-lain.
2.
Wacana Referensial
Wacana Referansial
adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau realita dan
data. Wacana ini tidak semata-mata di tunjukan kepada decoder ataupun encoder,
tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara akurat. Wacana
ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu Wacana Referansial ekspositoris dan
Wacana Referansial ilmiah.
3.
Wacana Susastra
Wacana susastra
berbicara sesuai dengan realittas untuk realitas itu sendiri. Dalam wacana ini
yang dominan bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi
pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak. Jadi, realitas objektif
sudah diolah menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel,cerpen, dan
lain-lain.
4.
Wacana persuasive
Wacana persuasive adalan
wacana memang di ciptakan untuk decoder (pembaca dan pendengar). Tujuannya
adalah untuk mempengaruhi. Misalnya, iklan, pidato polotik, khotbah, dan
lain-lain.
· Berdasarkan pemaparan
1.
wacana naratif
wacana naratif adalah
wacana yang lebih menonjolkanperan tokoh. Kejadian atau peristiwa dirangkai
atau dijalin sedemikian rupa melalui peran-peran yang dimainkan oleh para
tokoh. Urutan peristiwa dirangkai atau dijalin oleh pelaku secara kronologis.
Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita.
2.
Wacana procedural
Wacana procedural
adalah wacana yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan. Unsure-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapt
dikacaukan urutannya atau dibolak balik. Urgensi unsure yang lebih dahulu
merupakan landasan untuk unsure sesudahnya. Wacan ini dibuat untuk menjawab
pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja atau bagaiman proses terjadinya, atau
proses melakukan sesuatu.
3.
Wacana hortatorik
Wacana ini adalah
wacana yang berisi ajakan atau nasehat dan kadang-kadang bersifat memperkuat
keputusan supaya lebih menyakinkan. Wacana ini merupakan hasil atau produksi
suatu waktu dan bukan disusun berdasarkan urutan waktu.
4.
Wacana ekspositoris
Wacan ini merupakn
rangkain tutur yang mempertengahkan atau memaparkan suatu pokok pikiran atau
permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau
unsur-unsurnya sedetail mungkn. Wacana ini juga memberikan berbagai informasi
sehingga pembaca atau pendengar paham dengan baik tentang masalah yang
dikemukakan. Wacana ini dilengkapii dengan ilustrasi atau contoh.
5.
Wacana deskriptif
Wacana ini merupak
rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman ataupun
pengetahuan encoder wacana ini merangsang selluruh indra decoder sehingga
decoder merasa betul-betul menyaksikan objek, peristiwa atau kejadian tersebut.
·
Berdasarkan orangnya :
a) Monolog
Komunikasi yang hanya ada satu
pembicara dan tidak ada terjadi pergantian dari orang lain. Wacana monolog itu
wacana yang secara langsung tidak menghendaki interaksi timbale balik antara
decoder dan encoder. Wacana ini lebih di dominasi oleh encoder, sedangkan
decoder hanya bisa memberika tanggapn, saran, ataupun pendapat. Akan tetapi,
waktu tetap saja tersedia untuk decoder.
b) Dialog
Komunikasi yang terjadi antara dua
orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau
sebaliknya). Wacana dialog adalah wacana yang menghendaki terjadinya interaksi timbale
balik antara decoder dan encoder. Pembagian jatah waktu di antar keduanya sama.
Karena itu tidak ada dominasi satu pihak saja. Wacana dialog ini selanjtnya
dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni wacana dialog sesungguhnya dan wacana
dialog teks.
c) Polilog
Komunikasi yang terjadi lebih dari dua
orang dan terjadi pergantian peran.
3. Kohesi dan
Koherensi
a)
Pengertian Kohesi
Kohesi merujuk
pada perpautan bentuk.
b)
Pengertian Koherensi
Koherensi merujuk
pada perpautan makna.
Pada umumnya wacana yang baik memiliki
kedua-duanya. Kalimat atau kata yang dipakai berkaitan dan menyambung satu sama
lain secara berturut-turut.
Contoh :
Kalimat yang
memiliki kohesi yang tidak terdapat koherensi karena antar kalimat yang satu
dan yang lain tidak ada perpautan bentuk :
1) Pak Ali
pergi ke kota.Pak Bardi naik bus PPD. Bu Tahir membeli sepatu baru. Karena ada
pajak impor,harga mobil rakitan dalam negeri juga ikut naik.Mobil yang dibeli
Pa Erwanti harganya lima belas juta rupiah..
Kaimat yang tidak
terdapat kohesi tetapi terdapat koherensi :
2) Pak Ali
pergi kekota naik bus PPD.Ia membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor,maka
harga sepatu buatan dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali itu
harganya lima belas ribu rupiah.
Contoh :
mana lagi???
BalasHapusmasih belum lengkap tue..
iya belom lengkap ini. kesimpulannya???
BalasHapus